Senin, 03 Maret 2008

Moral – Filosofis dalam “Cintapuccino”

Sebuah novel chicklit yang merupakan singkatan dari chick literature yang mempunyai arti bacaan khusus tentang kehidupan perempuan ini mencoba dituangkan oleh Icha Rahmanti, seorang sarjana teknik arsitektur jebolan ITB dalam gaya Indonesia. Novel chiklit yang rata-rata identik dengan bacaan luar ini mulai digarap habis oleh Icha Rahmanti sebagai representasi di dunia internasional nantinya.

Novel chicklit lebih mengarah pada kehidupan feminisme. Pendekatan feminisme didasari oleh persamaan gender. Beberapa yang dikemukakan dalam novel chicklit pandangannya akan di dominasi pria dalam penulisan sastra. Aspek kepengarangan yang berkait kuat dengan feminisme mengarah pada optimalisasi peran pengarang wanita termasuk dari sisi jumlah maupun kualitas karyanya.

Sebuah karya sastra prosa fiksi dapat dikatakan sebagai karya sastra yang ditulis berdasarkan pengalaman personal dan merefleksikan kehidupan. Bahasa mampu membangkitkan secara konkret sebuah pengalaman yang dirasakan oleh seseorang. Itulah sebabnya, pandangan realisme – ekspresif menunjukkan bahwa membaca prosa fiksi sebagai kebenaran moral yang diterima tanpa ragu merupakan suatu pelatihan kepatuhan. Sebuah kepatuhan merupakan salah satu bentuk kontrol sosial. Perbincangan sastra selalu menyinggung nilai-nilai kemanusiaan universal. Seperti konflik sosial, pelecehan sexual, perampasan hak, dll. Perbincangan prosa dalam kawasan ini akan menempatkan karya sastra dalam prespektif kritis dan objektif serta tidak meninggalkan nilai-nilai kultural.

Novel chicklit “Cintapuccino” memberikan gambaran kehidupan jaman sekarang. Yang sarat dengan pergaulan modern, meski tidak meninggalkan tataran budaya lama. Gambaran kompleks stereotip manusia pada jaman modern diwujudkan melalui tokoh-tokoh dan berbagai dialognya. Dibuka dengan sebuah keluarga besar Sunda yang gemar ngariung (kumpul-kumpul) sedang melakukan tradisi bermain Kartu Monyet. Yang kemudian pelan-pelan mulai membicarakan tentang realita kehidupan jaman modern. Mulai tata cara berpakaian, pembagian kerja, dan penggunaan bahasa pada saat berbicara. Hal itu telihat dalam cuplikan:

“Seperti biasa di kubuku adalah gank cewek-cewek yang oleh para tetua disebut Gank Cewek Gaul. Males banget nggak sih? Sebetulnya mereka berbaik hati memakai kata “gaul” untuk memperhalus kata “bandel”. Kami satu gank ini perokok berat. Status yang baru saja “dilegalkan” setelah aku dan Alin kuliah, dengan alasan “kami-sudah-bisa-cari-duit-sendiri-dengan-kerja-magang-
dan-kami-cuma-generasi-penerus” itu selalu berhasil. Semasa hidup Uyud (ibu nenekku), beliau kerap bercerita betapa khawatirnya dulu beliau melihat kelakuan mamaku dan Ua-Ua yang lain - semasa mereka muda dulu sebagai ‘generasi bunga’- ada banyak bukti kalau mereka berlima dulu adalah ‘party girl’ keluarga besar kami dengan rok mikro mini, dan rambut dibuat kribo serta sandal setebal ulekan cabe, dan tentunya rokok... So it’s genetic!” (halaman 2)

Dari cuplikan di atas, terlihat dalam konteks hubungan antar tokoh menciptakan beberapa konflik yang pelan-pelan dijelaskan dalam beberapa bab yang saling terkait. Konfliks batin yang dirasakan Ami (tokoh utama) terhadap Nimo juga menjadi inti cerita ini. Walaupun akhirnya Ami memenangkan khayalannya akan tetapi perpisahan dengan Raka menimbulkan suatu konflik batin sendiri yang dirasakan oleh Ami.

Dalam novel chicklit ini dijelaskan bahwa lika-liku cinta itu tidak segampang yang kita kira. Kadang kala kita harus menentukan suatu pilihan disaat yang tidak tepat. Perselisihan yang Raka dan Nimo alami untuk memenangkan hati Ami juga menjadi suatu warna tersendiri dalam novel chicklit garapan Icha Rahmanti ini.

Pesan moral yang disampaikan dalam cerita ini tak jauh beda dengan pesan yang sering kita dapat dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa sebuah khayalan yang kita buat, belum tentu baik pada kita. Meskipun pada akhirnya kita harus terpaksa meninggalkan orang yang benar-benar mau berkorban untuk kita demi bersama dengan orang yang kita cintai. Karena cinta adalah segala-galanya. Saat bersama orang yang kita cintai, segala kekurangan menjadi suatu kelebihan yang berarti.

Tidak ada komentar: